Jumat, 28 Januari 2011

WASIT ADALAH SEORANG PEMIMPIN


WASIT ADALAH SEORANG PEMIMPIN

BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang Masalah
Berbicara tentang pertandingan maupun permainan olahraga maka salah satu yang menjadi bagian di dalamnya adalah wasit. Wasit memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu pertandingan atau permainan olahraga, apalagi olahraga yang menuju prestasi. Tentu saja wasit bukan penentu utama dari pentandingan olahraga. Banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya pemain, pelatih, lapangan, penonton menjadi bagian dari penentu hasil pertandingan.
Sebagai   suatu  bagian  yang sangat penting, seorang  wasit diharapkan akan menjalankan fungsinya secara baik  dan benar dengan selalu menjunjung tinggi  rasa keadilan dan tanggung jawab terhadap  terse­lenggarakannya pertandingan. Akan mudahkah seorang wasit  menjalan­kan fungsinya itu? Tentunya jawabnya  adalah tidak mudah. Kesukaran yang muncul di  lapan­gan  tidak saja disebabkan oleh  barangkali kurang dikuasainya ‘medan’ lapangan, melain­kan juga faktor-faktor eksternal yang mendu­kungnya. Dari sejumlah pengalaman pertandingan, tidak jarang wasit dijadikan biang kebruta­lan  dan ketidakpuasan baik  yang dilakukan oleh  pemain, ofisial, maupun penonton.  Hal ini kiranya  bukan  menjadi  suatu  kendala kemajuan dalam perwasitan, melainkan  lebih menjadikan suatu tantangan yang perlu diha­dapi  oleh wasit dalam menegakkan  otoritas dan kredibilitasnya.
Agar wasit bisa menjalankan tugas dan fungsinya, maka ia pun perlu memiliki sifat-sifat seorang pemimpin. Selain  itu,  wasit  sebagai  pemimpin pertandingan hendaknya juga mengenal  kepri­badiannya. Kepribadian wasit merupakan modal yang  sangat  utama. Dari kapasitas  ini memiliki modal dasar yang perlu untuk menja­lankan fungsi dan tugasnya di lapangan.  

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan wasit?
2.      Bagaimana menjadi seorang wasit yang ideal?
3.      Apa perlu seorang wasit memiliki sifat pemimpin?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud  wasit
2.      Untuk mengetahui bagaimana menjadi wasit yang ideal
3.      Untuk mengetahui apakah seorang wasit memiliki sifat-sifat seorang pemimpin












BAB II
PEMBAHASAN

A.      Wasit
Wasit adalah seorang yang memiliki wewenang untuk mengatur jalannya suatu pertandingan olahraga. Wasit memiliki hak penuh selama pertandingan kepada seluruh pemain dan pelatih dan ofisial sebuah tim.  Ada bermacam-macam istilah wasit. Dalam bahasa Inggris dikenal referee, umpire, judge atau linesman. Wasit dituntut agar selalu tegas, adil, disegani, dan ditakuti oleh semua pemain dan official. Ia harus pandai, cerdik, dan tidak memihak pada salah satu tim atau pemain tertentu. Oleh karena itu, wasit harus menguasai teknik-teknik perwasitan dan peraturan pertandingan dengan sempurna. Seperti pemimpin pada umumnya penampilan wasit sangat menentukan ketika ia berada di lapangan, wasit harus tampak berwibawa dan memiliki kharisma.
Tugas pokok seorang wasit adalah memimpin suatu pertandingan agar pertandingan itu berjalan dengan lancar tanpa ada gangguan. Sebenarnya wasit adalah seorang pemimpin yang mampu mempengaruhi orang yang dipimpinnya agar mau berusaha untuk memperlancar pertandingan. Agar wasit dapat melaksanakan hal itu maka ia harus memenuhi peraturan perwasitan yaitu:
·      Bakat
menurut J.W. Bunn, perwasitan itu adalah suatu seni. Pribadi yang dapat mengembangkan seni dari potensi dirinya diharapkan menjadi wasit yang baik. Selain itu memerlukan bakat sehingga perwasitan juga memerlukan bakat.
·      Kemauan
Kemauan untuk menjadi wasit yang baik adalah modal utama dalam mengembangkan kemampuan mewasiti. Dengan adanya kemauan yang besar akan mendorong seorang untuk belajar mencari pengalaman dan berlatih.
·      Kesegaran jasmani dan sehat
Seorang wasit yang mempunyai kesegaran jasmani baik akan mampu menjalankan tugasnya sebagai wasit yang baik artinya tanpa gangguan jasmaniah orang yang sehat berarti bebas dari penyakit. Agar wasit tetap sehat sebaiknya ia selalu melakukan latihan-latihan fisik.
·      Kewibawaan
Wasit adalah seorang pemimpin. Agar sukses dalam memimpin seorang pemimpin harus mempunyai wibawa. Kewibawaan wasit dapat diperoleh antara lain dengan:
1.  Kepribadian wasit yang baik
2.  Sikap perwujudan yang baik
3.  Cara berpakaian yang sopan dan sesuai dengan situasi
4.  Klasifikasi perwasitan tinggi
5.  Banyak pengalaman
6.  Kecakapan wasit yang baik.
·      Pemusatan Perhatian
     Selama bertugas wasit harus mampu memusatkan perhatian kepada tugas yang sedang diembannya. Seorang wasit juga harus mampu menguasai peraturan permainan dan peraturan pertandingan. Jadi sebelum terjun memimpin pertandingan seoreng wasit harus benar-benar menguasai teori perwasitan sebagai bekal untuk kemantapan batin didalam menjalankan tugasnya.
 Untuk bias menjadi seorang wasit yang memimpin suatu pertandingan maka seorang wasit dan pembantu-pembantunya (assisten) harus memiliki persyaratan tertentu yaitu:
·         Memahami dan menguasai peraturan permainan dan pertandingan (suatu cabang olahraga) secara menyeluruh
·         Mengerti dam memahami tentang teknik dan taktik olahraga yang mereka tekuni
·         Memiliki sikap kepribadian dan mental yang baik
·         Bertindak cepat, tegas, adil dan bijaksana
·         Memiliki kesegaran jasmani yang tinggi.




B.            Menjadi Wasit yang Ideal
Untuk  menjadi wasit yang  baik,  maka ada  beberapa syarat yang  perlu  dipenuhi, yaitu:  syarat-syarat formal dan  syarat-syarat psikologis.
a.    Syarat-syarat Formal. Yaitu syarat yang harus  dipenuhi  untuk menjadi seorang wasit. Syarat-syarat  ini sudah ditentukan dalam aturan yang  telah ditetapkan  oleh masing-masing induk organisasi olahraga baik nasional maupun internasional.
b.    Syarat-syarat Psikologis. Yaitu  syarat-syarat khusus yang mencer­minkan  kemampuan, kepribadian  dan  cara kerja wasit yang akan bermanfaat di dalam melakukan kepemimpinannya  di lapangan. Syarat-syarat  ini hendaknya sudah  dimi­liki  wasit dan dapat  digunakan  sebagai modal untuk menjadi wasit yang ideal.
Adapun  syarat-syarat  dasar  psikologis tersebut antara lain :
1.  Mempunyai  intelegensi  umum  yang  cukup baik.  Intelegensi menyangkut  kemampuan  dasar yang dimiliki oleh seorang wasit.  Kemam­puan   itu menyangkut kemampuan dalam memahami, menganalisa  dan  mensintesa suatu  persoalan, kemampuan antisipasi gerakan, dan kemampuan bahasa yang cukup baik verbal maupun isyarat.
2.   Mempunyai hasrat berprestasi yang baik. Seorang  wasit yang ideal dituntut untuk selalu memiliki motivasi untuk berpresta­si secara memadai. Prestasi seorang wasit tidak saja  dilihat dari  strata  ijasah wasitnya, melainkan dilihat dari keberhasilan dalam setiap memimpin pertandingan  dan  upaya untuk selalu  bisa menjalankan fungsi dan tugasnya di lapan­gan maupun di luar lapangan.
3.    Memiliki kematangan kepribadian. Seorang  pribadi wasit yang matang  tidak saja dilihat dari stabilitas emosional­nya, melainkan juga dari integritas perilaku dan perbuatannya.
4.   Memiliki penyesuain diri yang baik. Menyesuaikan diri dengan situasi  pertan­dingan merupakan modal yang penting bagi seorang  wasit. Dengan kemampuan penyesuain diri ini, seorang wasit akan  dengan mudah mengatasi persoalan persoalan  yang muncul di lapangan.
5.  Memiliki kepercayaan diri. Kepercayaan diri menyangkut persepsi akan kemampuan diri dalam  mengatasi   semua persoalan yang ada. Keragu-raguan adalah bibit dari rusaknya keputusan yang  diam­bil dari seorang wasit. Kepercayaan  diri  seorang wasit bisa berfluktuasi, dari sangat percaya  diri hingga  kurang percaya  diri. Pengalaman pertandingan memiliki peran  yang cukup penting  di dalam  membentuk kepercayaan diri di samping wasit  tersebut  memang sudah  memiliki  dasar-dasar psikologis yang baik dalam aspek ini.
6.   Teliti. Ketelitian kerja bisa menjadikan  keputu­san akurat. Oleh karena itu seorang wasit yang memiliti dasar-dasar teliti diharap­kan juga bisa teliti pula di dalam meli­hat persoalan dan dalam melakukan pengam­bilan keputusan.
7.   Cukup kreatif.  Wasit perlu kreatif, guna membawa situasi pertandingan enak ditonton. Di dalam suatu pertandingan muncul kecenderungan iramanya menurun dan ada dalam tempo yang tinggi. Bila muncul kejadian seperti itu, wasit perlu untuk lebih  kreatif dalam mengarahkan ritme pertandingan. Kreativi­tas  wasit juga bermanfaat untuk  mengem­bangkan berbagai macam keputusannya dan caranya untuk berkomunikasi dengan pemain.
8.  Memiliki kemampuan dalam mengambil  kepu­tusan. Mengambil keputusan, menurut Wayne Weiton (1992)  meliputi kegiatan mengevaluasi lternatif  dan membuat pilihan terhadap alternatif-alternatif itu. Dengan demikian ada seorang wasit  ditun­tut untuk mengevaluasi  alternatif  dan memilih alternatif itu berdasarkan infor­masi yang dilihat dan diperolehnya  dari hakim garisnya. Modal  ini merupakan salah  satu syarat yang  sangat penting sekali bagi  seorang wasit.
9.  Memiliki dasar kepemimpinan yang baik. Stogdil (1950) yang dikutip oleh Richard H. Cox (1985) menyatakan bahwa kepemimpi­nan  adalah  proses untuk mempengaruhi aktivitas suatu kelompok yang terorganis­asi dalam upayanya untuk mencapai  tujuan yang telah direncanakan dan tujuan yang ingin  dicapai. Dari pengertian itu wasit memiliki peran didalam mengorganisir aktivitas pelatih khususnya  di dalam mengarahkan  berhasil dan lancarnya jalannya pertandingan.  Meskipun  wasit merupakan  diktator   di lapangan, namun bila hal itu dijalalankan dalam  pertandingan, maka ia tidak saja akan  dimusuhi oleh tidak  tim-tim  yang bertanding, melainkan juga suporter  yang menonton pertandingan. Dengan adanya  persyaratan persyaratan dasar yang telah ditentukan ini, maka  kira­nya  seorang wasit akan bisa menjadi  wasit yang baik dan berprestasi.  
C.   Wasit Sebagai Seorang Pemimpin
Ada beberapa faktor penting yang harus dimiliki seorang wasit sebagai seorang pemimpin: (a) confident (percaya diri); (b) tegas dan adil; (c) idealisme (berpijak pada nilai standar ideal); (d) tanggung jawab tinggi (e) egaliter; (f) caring/tidak selfish (lebih mengutamakan kepentingan umum); (g) dignified (bermartabat).
a.       Confident (percaya diri)
Inilah syarat mutlak pertama yang mesti dimiliki siapapun yang ingin jadi wasit. Jangan berharap dan bermimpi jadi wasit kalau tidak percaya diri. Ciri pribadi wasit percaya diri adalah: Selalu menganggap setiap pemain/atlit/official sejajar dengan dirinya, tidak lebih tinggi dan tidak lebih rendah. Tidak menunduk atau mengangkat kepala, apapun status orang yang dihadapi: supporter/pendukung yang fanatik, manager kaya, tim besar, pemain elite, atau pemain yang biasa;
b.      Tegas dan adil.
Menjadi wasit yang tegas dan adil memang penuh resiko.  Resiko dimusuhi, dicurigai dan bahkan menjadi sasaran kemarahan.  Tetapi kualitas kepemimpinan wasit dalam pertandingan olahraga.  Wasit yang adil dan tegas sangat dibutuhkan, jika tidak ada, maka pertandingan akan berlangsung timpang dan bisa memicu anarki. Anarki artinya tidak ada pengaturan.  Dengan kata lain, tidak ada lagi yang bisa dipercayai untuk membuat keputusan-keputusan di dalam pertandingan.
c.       Idealisme.
Wasit sebagai seorang pemimpin yang baik dan memiliki kepribadian kuat selalu bersikap idealis. Dia tidak akan kompromi pada nilai-nilai idealisme yang prinsip; tapi rela bersikap kompromistis, elastis atau pragmatis pada hal-hal yang tidak prinsipil. Fair Play adalah sebuah idealisme. Wasit adalah sebuah instrument pendukungnya dan manusia adalah individu-individunya.
d.      Tanggung Jawab.
Salah satu hal yang membuat induk organisasi olahraga memilih wasit utuk  memimpin  suatu pertandingan adalah karena kita dinilai memiliki tanggung jawab. Tanggung jawab itu identik/intrinsik/koheren dengan sikap konsisten dalam ucapan dan perilaku. Tanggung jawab juga berkaitan erat dengan sikap semangat yang stabil dari awal tugas sampai akhir. Dan akan selalu melakukan dan menyelesaikan tugas yang diemban dengang penuh dedikasi, tanpa peduli tugasnya mendapat apresiasi atau kritikan bahkan makian. Karena wasit yang baik tahu, melaksanakan tugas dan menyelesaikannya sampai tuntas adalah dalam rangka membangun kredibilitas kepemimpinannya sendiri di masa sekarang dan masa depan.
e.       Caring/Tidak Selfish atau Egois.
Seorang wasit dalam pengambilan keputusan tidak egois, berusaha mengkomunikasikan dan memerlukan bantuan asisisten wasit/pembantu wasit dalam mengambil suatu keputusan. Sehingga keputusan memang benar-benar sesuai dengan peristiwa/kejadian yang terjadi.
f.       Dignified (bermartabat).
Seorang wasit itu simbol yangg mewakili institusi dan seluruh anggotanya. Citra baik atau buruk seorang wasit akan mempengaruhi citra institusi dan anggotanya.

BAB III
PENUTUP

     Wasit sebagai pemimpin petandingan olahraga harus memiliki sifat kepemimpinan. Wasit dituntut agar berwibawa, disegani, dan ditakuti oleh semua pemain dan official. Seorang wasit harus pandai, cerdik, dan tidak memihak pada salah satu tim atau pemain tertentu. wasit adalah seorang pemimpin yang mampu mempengaruhi orang yang dipimpinnya agar mau berusaha untuk memperlancar pertandingan Akan tetapi faktor-faktor eksternal disetiap pertandingan mempengaruhi psokologis seorang wasit sehingga keputusan yang diambil kadang tidak tepat dan berakibat buruk. Wasit dituntut untuk memiliki kemampuan intelegensia yang baik, kemauan berprestasi, kematangan diri, teliti, sehingga dapat menganalisa suatu kejadian dalam suatu pertandingan dan  tepat dalam mengambil keputusan.
             Disamping percaya diri, seorang wasit harus berperilaku tegas, adil, idealisme, tanggung jawab, egaliter, tidak egois, dan bermartabat. Dengan sifat dan karakter tersebut, maka wasit akan mampu memimpin suatu pertandingan dengan baik.








Daftar Pustaka

Moh. Gilang. 2007. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesahatan Untuk SMA XII.
Moh. Zein. 2009. Sepakbola Indonesia Bermain dalam Aturan. PSSI
Muhajir. 2004. Pendidikan Jasmani Teori dan Praktik. Jakarta Erlangga
Fakultas Ilmu Keolahragaan Olahraga. UNY. Olahraga (Majalah Ilmiah).2000
Wikipidia Bahasa Indonesia

3 komentar:

  1. Terkait kasus didiskualifikasinya Miftahul Jannah pada cabor Judo Adian Para Games 2018, seharusnya tidak terjadi jika merujuk kepada tulisan di atas. Wasit pasti akan mampu melaksanakan tugasnya utk menghentikan pertandingan atau memisahkan kedua pejudo sekiranya membahayakan bagi salah satu pejudo.

    Kita bisa pedomani, bukankah pertarungan “bebas” pun masih ada wasit yang memimpin pertandingan.

    BalasHapus