WASIT ADALAH SEORANG PEMIMPIN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berbicara tentang pertandingan maupun permainan olahraga maka salah satu yang menjadi bagian di dalamnya adalah wasit. Wasit memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu pertandingan atau permainan olahraga, apalagi olahraga yang menuju prestasi. Tentu saja wasit bukan penentu utama dari pentandingan olahraga. Banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya pemain, pelatih, lapangan, penonton menjadi bagian dari penentu hasil pertandingan.
Sebagai suatu bagian yang sangat penting, seorang wasit diharapkan akan menjalankan fungsinya secara baik dan benar dengan selalu menjunjung tinggi rasa keadilan dan tanggung jawab terhadap terselenggarakannya pertandingan. Akan mudahkah seorang wasit menjalankan fungsinya itu? Tentunya jawabnya adalah tidak mudah. Kesukaran yang muncul di lapangan tidak saja disebabkan oleh barangkali kurang dikuasainya ‘medan’ lapangan, melainkan juga faktor-faktor eksternal yang mendukungnya. Dari sejumlah pengalaman pertandingan, tidak jarang wasit dijadikan biang kebrutalan dan ketidakpuasan baik yang dilakukan oleh pemain, ofisial, maupun penonton. Hal ini kiranya bukan menjadi suatu kendala kemajuan dalam perwasitan, melainkan lebih menjadikan suatu tantangan yang perlu dihadapi oleh wasit dalam menegakkan otoritas dan kredibilitasnya.
Agar wasit bisa menjalankan tugas dan fungsinya, maka ia pun perlu memiliki sifat-sifat seorang pemimpin. Selain itu, wasit sebagai pemimpin pertandingan hendaknya juga mengenal kepribadiannya. Kepribadian wasit merupakan modal yang sangat utama. Dari kapasitas ini memiliki modal dasar yang perlu untuk menjalankan fungsi dan tugasnya di lapangan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan wasit?
2. Bagaimana menjadi seorang wasit yang ideal?
3. Apa perlu seorang wasit memiliki sifat pemimpin?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud wasit
2. Untuk mengetahui bagaimana menjadi wasit yang ideal
3. Untuk mengetahui apakah seorang wasit memiliki sifat-sifat seorang pemimpin
BAB II
PEMBAHASAN
A. Wasit
Wasit adalah seorang yang memiliki wewenang untuk mengatur jalannya suatu pertandingan olahraga. Wasit memiliki hak penuh selama pertandingan kepada seluruh pemain dan pelatih dan ofisial sebuah tim. Ada bermacam-macam istilah wasit. Dalam bahasa Inggris dikenal referee, umpire, judge atau linesman. Wasit dituntut agar selalu tegas, adil, disegani, dan ditakuti oleh semua pemain dan official. Ia harus pandai, cerdik, dan tidak memihak pada salah satu tim atau pemain tertentu. Oleh karena itu, wasit harus menguasai teknik-teknik perwasitan dan peraturan pertandingan dengan sempurna. Seperti pemimpin pada umumnya penampilan wasit sangat menentukan ketika ia berada di lapangan, wasit harus tampak berwibawa dan memiliki kharisma.
Tugas pokok seorang wasit adalah memimpin suatu pertandingan agar pertandingan itu berjalan dengan lancar tanpa ada gangguan. Sebenarnya wasit adalah seorang pemimpin yang mampu mempengaruhi orang yang dipimpinnya agar mau berusaha untuk memperlancar pertandingan. Agar wasit dapat melaksanakan hal itu maka ia harus memenuhi peraturan perwasitan yaitu:
· Bakat
menurut J.W. Bunn, perwasitan itu adalah suatu seni. Pribadi yang dapat mengembangkan seni dari potensi dirinya diharapkan menjadi wasit yang baik. Selain itu memerlukan bakat sehingga perwasitan juga memerlukan bakat.
menurut J.W. Bunn, perwasitan itu adalah suatu seni. Pribadi yang dapat mengembangkan seni dari potensi dirinya diharapkan menjadi wasit yang baik. Selain itu memerlukan bakat sehingga perwasitan juga memerlukan bakat.
· Kemauan
Kemauan untuk menjadi wasit yang baik adalah modal utama dalam mengembangkan kemampuan mewasiti. Dengan adanya kemauan yang besar akan mendorong seorang untuk belajar mencari pengalaman dan berlatih.
Kemauan untuk menjadi wasit yang baik adalah modal utama dalam mengembangkan kemampuan mewasiti. Dengan adanya kemauan yang besar akan mendorong seorang untuk belajar mencari pengalaman dan berlatih.
· Kesegaran jasmani dan sehat
Seorang wasit yang mempunyai kesegaran jasmani baik akan mampu menjalankan tugasnya sebagai wasit yang baik artinya tanpa gangguan jasmaniah orang yang sehat berarti bebas dari penyakit. Agar wasit tetap sehat sebaiknya ia selalu melakukan latihan-latihan fisik.
· Kewibawaan
Wasit adalah seorang pemimpin. Agar sukses dalam memimpin seorang pemimpin harus mempunyai wibawa. Kewibawaan wasit dapat diperoleh antara lain dengan:
Wasit adalah seorang pemimpin. Agar sukses dalam memimpin seorang pemimpin harus mempunyai wibawa. Kewibawaan wasit dapat diperoleh antara lain dengan:
1. Kepribadian wasit yang baik
2. Sikap perwujudan yang baik
3. Cara berpakaian yang sopan dan sesuai dengan situasi
4. Klasifikasi perwasitan tinggi
5. Banyak pengalaman
6. Kecakapan wasit yang baik.
· Pemusatan Perhatian
Selama bertugas wasit harus mampu memusatkan perhatian kepada tugas yang sedang diembannya. Seorang wasit juga harus mampu menguasai peraturan permainan dan peraturan pertandingan. Jadi sebelum terjun memimpin pertandingan seoreng wasit harus benar-benar menguasai teori perwasitan sebagai bekal untuk kemantapan batin didalam menjalankan tugasnya.
Untuk bias menjadi seorang wasit yang memimpin suatu pertandingan maka seorang wasit dan pembantu-pembantunya (assisten) harus memiliki persyaratan tertentu yaitu:
· Memahami dan menguasai peraturan permainan dan pertandingan (suatu cabang olahraga) secara menyeluruh
· Mengerti dam memahami tentang teknik dan taktik olahraga yang mereka tekuni
· Memiliki sikap kepribadian dan mental yang baik
· Bertindak cepat, tegas, adil dan bijaksana
· Memiliki kesegaran jasmani yang tinggi.
B. Menjadi Wasit yang Ideal
Untuk menjadi wasit yang baik, maka ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi, yaitu: syarat-syarat formal dan syarat-syarat psikologis.
a. Syarat-syarat Formal. Yaitu syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang wasit. Syarat-syarat ini sudah ditentukan dalam aturan yang telah ditetapkan oleh masing-masing induk organisasi olahraga baik nasional maupun internasional.
b. Syarat-syarat Psikologis. Yaitu syarat-syarat khusus yang mencerminkan kemampuan, kepribadian dan cara kerja wasit yang akan bermanfaat di dalam melakukan kepemimpinannya di lapangan. Syarat-syarat ini hendaknya sudah dimiliki wasit dan dapat digunakan sebagai modal untuk menjadi wasit yang ideal.
Adapun syarat-syarat dasar psikologis tersebut antara lain :
1. Mempunyai intelegensi umum yang cukup baik. Intelegensi menyangkut kemampuan dasar yang dimiliki oleh seorang wasit. Kemampuan itu menyangkut kemampuan dalam memahami, menganalisa dan mensintesa suatu persoalan, kemampuan antisipasi gerakan, dan kemampuan bahasa yang cukup baik verbal maupun isyarat.
2. Mempunyai hasrat berprestasi yang baik. Seorang wasit yang ideal dituntut untuk selalu memiliki motivasi untuk berprestasi secara memadai. Prestasi seorang wasit tidak saja dilihat dari strata ijasah wasitnya, melainkan dilihat dari keberhasilan dalam setiap memimpin pertandingan dan upaya untuk selalu bisa menjalankan fungsi dan tugasnya di lapangan maupun di luar lapangan.
3. Memiliki kematangan kepribadian. Seorang pribadi wasit yang matang tidak saja dilihat dari stabilitas emosionalnya, melainkan juga dari integritas perilaku dan perbuatannya.
4. Memiliki penyesuain diri yang baik. Menyesuaikan diri dengan situasi pertandingan merupakan modal yang penting bagi seorang wasit. Dengan kemampuan penyesuain diri ini, seorang wasit akan dengan mudah mengatasi persoalan persoalan yang muncul di lapangan.
5. Memiliki kepercayaan diri. Kepercayaan diri menyangkut persepsi akan kemampuan diri dalam mengatasi semua persoalan yang ada. Keragu-raguan adalah bibit dari rusaknya keputusan yang diambil dari seorang wasit. Kepercayaan diri seorang wasit bisa berfluktuasi, dari sangat percaya diri hingga kurang percaya diri. Pengalaman pertandingan memiliki peran yang cukup penting di dalam membentuk kepercayaan diri di samping wasit tersebut memang sudah memiliki dasar-dasar psikologis yang baik dalam aspek ini.
6. Teliti. Ketelitian kerja bisa menjadikan keputusan akurat. Oleh karena itu seorang wasit yang memiliti dasar-dasar teliti diharapkan juga bisa teliti pula di dalam melihat persoalan dan dalam melakukan pengambilan keputusan.
7. Cukup kreatif. Wasit perlu kreatif, guna membawa situasi pertandingan enak ditonton. Di dalam suatu pertandingan muncul kecenderungan iramanya menurun dan ada dalam tempo yang tinggi. Bila muncul kejadian seperti itu, wasit perlu untuk lebih kreatif dalam mengarahkan ritme pertandingan. Kreativitas wasit juga bermanfaat untuk mengembangkan berbagai macam keputusannya dan caranya untuk berkomunikasi dengan pemain.
8. Memiliki kemampuan dalam mengambil keputusan. Mengambil keputusan, menurut Wayne Weiton (1992) meliputi kegiatan mengevaluasi lternatif dan membuat pilihan terhadap alternatif-alternatif itu. Dengan demikian ada seorang wasit dituntut untuk mengevaluasi alternatif dan memilih alternatif itu berdasarkan informasi yang dilihat dan diperolehnya dari hakim garisnya. Modal ini merupakan salah satu syarat yang sangat penting sekali bagi seorang wasit.
9. Memiliki dasar kepemimpinan yang baik. Stogdil (1950) yang dikutip oleh Richard H. Cox (1985) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi aktivitas suatu kelompok yang terorganisasi dalam upayanya untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan dan tujuan yang ingin dicapai. Dari pengertian itu wasit memiliki peran didalam mengorganisir aktivitas pelatih khususnya di dalam mengarahkan berhasil dan lancarnya jalannya pertandingan. Meskipun wasit merupakan diktator di lapangan, namun bila hal itu dijalalankan dalam pertandingan, maka ia tidak saja akan dimusuhi oleh tidak tim-tim yang bertanding, melainkan juga suporter yang menonton pertandingan. Dengan adanya persyaratan persyaratan dasar yang telah ditentukan ini, maka kiranya seorang wasit akan bisa menjadi wasit yang baik dan berprestasi.
C. Wasit Sebagai Seorang Pemimpin
Ada beberapa faktor penting yang harus dimiliki seorang wasit sebagai seorang pemimpin: (a) confident (percaya diri); (b) tegas dan adil; (c) idealisme (berpijak pada nilai standar ideal); (d) tanggung jawab tinggi (e) egaliter; (f) caring/tidak selfish (lebih mengutamakan kepentingan umum); (g) dignified (bermartabat).
a. Confident (percaya diri)
Inilah syarat mutlak pertama yang mesti dimiliki siapapun yang ingin jadi wasit. Jangan berharap dan bermimpi jadi wasit kalau tidak percaya diri. Ciri pribadi wasit percaya diri adalah: Selalu menganggap setiap pemain/atlit/official sejajar dengan dirinya, tidak lebih tinggi dan tidak lebih rendah. Tidak menunduk atau mengangkat kepala, apapun status orang yang dihadapi: supporter/pendukung yang fanatik, manager kaya, tim besar, pemain elite, atau pemain yang biasa;
b. Tegas dan adil.
Menjadi wasit yang tegas dan adil memang penuh resiko. Resiko dimusuhi, dicurigai dan bahkan menjadi sasaran kemarahan. Tetapi kualitas kepemimpinan wasit dalam pertandingan olahraga. Wasit yang adil dan tegas sangat dibutuhkan, jika tidak ada, maka pertandingan akan berlangsung timpang dan bisa memicu anarki. Anarki artinya tidak ada pengaturan. Dengan kata lain, tidak ada lagi yang bisa dipercayai untuk membuat keputusan-keputusan di dalam pertandingan.
c. Idealisme.
Wasit sebagai seorang pemimpin yang baik dan memiliki kepribadian kuat selalu bersikap idealis. Dia tidak akan kompromi pada nilai-nilai idealisme yang prinsip; tapi rela bersikap kompromistis, elastis atau pragmatis pada hal-hal yang tidak prinsipil. Fair Play adalah sebuah idealisme. Wasit adalah sebuah instrument pendukungnya dan manusia adalah individu-individunya.
d. Tanggung Jawab.
Salah satu hal yang membuat induk organisasi olahraga memilih wasit utuk memimpin suatu pertandingan adalah karena kita dinilai memiliki tanggung jawab. Tanggung jawab itu identik/intrinsik/koheren dengan sikap konsisten dalam ucapan dan perilaku. Tanggung jawab juga berkaitan erat dengan sikap semangat yang stabil dari awal tugas sampai akhir. Dan akan selalu melakukan dan menyelesaikan tugas yang diemban dengang penuh dedikasi, tanpa peduli tugasnya mendapat apresiasi atau kritikan bahkan makian. Karena wasit yang baik tahu, melaksanakan tugas dan menyelesaikannya sampai tuntas adalah dalam rangka membangun kredibilitas kepemimpinannya sendiri di masa sekarang dan masa depan.
e. Caring/Tidak Selfish atau Egois.
Seorang wasit dalam pengambilan keputusan tidak egois, berusaha mengkomunikasikan dan memerlukan bantuan asisisten wasit/pembantu wasit dalam mengambil suatu keputusan. Sehingga keputusan memang benar-benar sesuai dengan peristiwa/kejadian yang terjadi.
f. Dignified (bermartabat).
Seorang wasit itu simbol yangg mewakili institusi dan seluruh anggotanya. Citra baik atau buruk seorang wasit akan mempengaruhi citra institusi dan anggotanya.
BAB III
PENUTUP
Wasit sebagai pemimpin petandingan olahraga harus memiliki sifat kepemimpinan. Wasit dituntut agar berwibawa, disegani, dan ditakuti oleh semua pemain dan official. Seorang wasit harus pandai, cerdik, dan tidak memihak pada salah satu tim atau pemain tertentu. wasit adalah seorang pemimpin yang mampu mempengaruhi orang yang dipimpinnya agar mau berusaha untuk memperlancar pertandingan Akan tetapi faktor-faktor eksternal disetiap pertandingan mempengaruhi psokologis seorang wasit sehingga keputusan yang diambil kadang tidak tepat dan berakibat buruk. Wasit dituntut untuk memiliki kemampuan intelegensia yang baik, kemauan berprestasi, kematangan diri, teliti, sehingga dapat menganalisa suatu kejadian dalam suatu pertandingan dan tepat dalam mengambil keputusan.
Disamping percaya diri, seorang wasit harus berperilaku tegas, adil, idealisme, tanggung jawab, egaliter, tidak egois, dan bermartabat. Dengan sifat dan karakter tersebut, maka wasit akan mampu memimpin suatu pertandingan dengan baik.
Daftar Pustaka
Moh. Gilang. 2007. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesahatan Untuk SMA XII.
Moh. Zein. 2009. Sepakbola Indonesia Bermain dalam Aturan. PSSI
Muhajir. 2004. Pendidikan Jasmani Teori dan Praktik. Jakarta Erlangga
Fakultas Ilmu Keolahragaan Olahraga. UNY. Olahraga (Majalah Ilmiah).2000
Wikipidia Bahasa Indonesia